Delineasi kawasan belum terukur secara jelas dalam peta yang terdelineasi. Dari segi posisi dalam skala yan lebih luas lokasi kegiatan dapat dilihat dalam peta berikut
Peta Orientasi |
B. KONDISI EKSISTING
Kondisi kawasan Keunikan budaya dapat digambarkan sebagai berikut :
Pulau Bajo |
Pasar Apung |
Pasar Tradisional |
Rumah Apung |
Kondisi Permukiman |
Dermaga |
Potensi:
- Jumlah penduduk saat ini yang mencapai 2.220 jiwa dengan lebih dari 50% adalah usia muda merupakan aset sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan untuk kemajuan desa Kabaluta
- Kondisi alamiahnya berupa lingkungan air laut yang sangat jernih sangat baik untuk budidaya rumput laut maupun ikan konsumsi dan ikan hias kualitas terbaik.
- Jumlah rumah lebih dari 200 an dengan konstruksi rumah tiang diatas laut merupakan keunikan kampung yang langka dan tidak mudah ditemui di tempat‐tempat lain.
- Keberagaman suku budaya yang berbaur (suku Bajo, suku Babongka, suku Saluan, suku Togean Ta’a serta suku‐suku pemukim pendatang dari Bugis, Gorontalo, Jawa, Lombok) menciptakan keunikan tata kehidupan dan adat istiadat di desa Kabalutan.
- Masih terpeliharanya budaya yang berkaitan dengan kehidupan dan bermata pencaharian diatas laut pada suku Bajo menjadi daya tarik wisata.
- Morfologi permukiman di desa Kabalutan sangat menarik bagi para peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai keunikan budaya suku‐suku yang berada di desa ini.
- Sudah banyak program pembangunan yang masuk ke desa Kabalutan, seperti: proyek pengadaan air bersih, proyek perkerasan jalan penghubung antar dusun, hibah sarana ibadah (masjid), bantuan pembangunan 20 rumah percontohan, bantuan karamba untuk budi daya rumput laut dan budidaya ikan hias/ikan konsumsi, bantuan spped boat, bantuan rehabilitasi rumah penduduk, pembangunan sarana pendidikan (TK, SD, SMP dan SMA satu atap). Bahkan saat ini sudah ada rencana pembangunan dermaga Ferry.
Permasalahan:
- Akses transportasi yang hanya melalui laut menyulitkan masyarakat untuk mengakses fasilitas yang berada di ibu kota Kabupaten, ibukota Kecamatan Walea Kepulauan (di Popolii) maupun ibukota Kecamatan terdekat yaitu Kecamatan Togean (di Wakai). Jarak tempuh dan waktu tempuh serta sarana transportasi yang terbatas membatasi masyarakat untuk memperlancar distribusi barang maupun jasa dari dan ke desa Kabalutan. Transportasi ke ibukota Kabupaten ditempuh dengan kapal motor sedang dengan waktu tempuh 4-6 jam dan dilayani 2 hari sekali.
- Kepadatan penduduk sangat tinggi. Jumlah rumah dan jumlah rumah tangga tidak sebanding. Saat ini sangat lumrah untuk menemukan dalam satu bangunan rumah diisi kepala keluarga/rumah tangga. Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan ekonomi yang menyebabkan keterbatasan untuk membangun rumah yang baru serta kondisi lahan yang tidak memungkinkan (kedalaman air untuk mendirikan bangunan baru maksimal 2,5 meter dengan lokasi tumpu adalah gugusan karang), serta masih kuatnya ikatan kekerabatan dalam satu keluarga. Secara sosial, kondisi ini menjadi tidak sehat bagi perkembangan keluarga dan anak-anak.
- Pemenuhan air bersih masih kurang merata. Air tawar yang bersih sebagai kebutuhan utama untuk masak, minum, mandi, mencuci dan kakus sangat terbatas. Saat ini sudah ada jaringan air bersih yang sumber utamanya berada sejauh kira-kira 12 km dari Desa Kabalutan. Air bersih tersebut ditampung pada bak utama kemudian didistribusikan ke Hidran Umum yang letaknya menyebar di seluruh wilayah desa Kabalutan. Namun tingginya kebutuhan air bersih dibandingkan dengan ketersediaannya menyebabkan pada beberapa lokasi terjadi kebocoran‐kebocoran setempat yang pada akhirnya tidak semua penduduk desa Kabalutan menerima layanan air bersih. Pada beberapa lokasi hidran umum, banyak keran yang hilang, pipa yang bocor dan lokasi hidran umum yang tidak dirawat.
- Kondisi fisik bangunan‐bangunan rumah tinggal saat ini dapat dikategorikan kepada bangunan rumah tinggal yang tidak sehat. Tidak adanya sarana MCK di dalam rumah dan septictank, menyebabkan masalah sanitasi yang serius. Kondisi ini menciptakan kondisi kesehatan lingkungan yang buruk.
- Kondisi fisik bangunan dengan material kayu sudah banyak yang lapuk dan secara konstruksi membahayakan. Demikian pula dengan jembatan penghubung antar dusun serta jembatan penghubung antara jalan utama desa ke rumah penduduk yang tidak rapat, tidak rata, patah di beberapa bagian dan berlubang, membahayakan bagi pejalan kaki. Kondisi ini menciptakan lingkungan permukiman yang kumuh.
- Saat ini masyarakat desa Kabalutan menyediakan sendiri listrik non PLN. Masyarakat mengandalkan generator pembangkit listrik komunal, biasanya beberapa rumah tangga secara bersama‐sama membiayai perawatan dan operasional 1 generator untuk digunakan mulai pukul 16.00‐22.00. Diluar jam tersebut, tidak ada kegiatan yang menggunakan listrik. Bila masih ada kegiatan selepas jam tersebut, masyarakat menggunakan lampu minyak.
- Kesadaran akan kebersihan lingkungan masih perlu ditingkatkan, mengingat saat ini sampah rumah tangga berupa plastik dan kemasan‐kemasan yang sulit terurai oleh air dan tanah menumpuk di berbagai sudut lingkungan permukiman.
C. PROGRES KEGIATAN
Kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Keunikan Budaya Suku Bajo sampai saat ini dalam proses penyusunan Laporan Pendahuluan berupa laporan langkah-langkah perasiapan kegiatan
D. PEMBAHASAN
Pembahasan kegiatan laporan pendahuluan dilakukan pada tanggal 27 Juni 2012
No comments:
Post a Comment